MEKANISME
REAKSI ELIMINASI ALKIL HALIDA
DAN
ALKOHOL
Mungkin dari kita belum mengetahui
apa itu eliminasi? Ataupun kita telah mengetahui ataupun telah mempelajarti
tentang eliminasi akan tetapi dari kita mungkin lupa. Dalam kesempatan kali ini
saya akan membahas tentang mekanisme reaksi eliminasi tepatnya pada alkil halida
dan pada alcohol.
Eliminasi adalah reaksi pelepasan
atau pengeluaran molekul dari molekul atau substrat. Rekasi eliminasi dapat
terjadi pada senyawa organik yang memiliki gugus pergi (leaving group). Yaitu
senyawa alkil halida dan alcohol.pertama kita akan membahas mekanisme reaksi
alkil halida.
1.Reaksi eliminasi pada alkil
halida
Eliminasi
Ada dua kemungkinan reaksi berbeda yang dapat terjadi antara alkil halida yang
empunyai hidrogen dengan nukleofil, yaitu sub eliminasi. Dalam alkil bon α,
karbon yang terikat pada karbon α disebut karbon β dan hidrogen yang terikat
pada karbon β disebut dengan hidrogen β karbon β tidak mempunyai atom hidrogen
β, maka tidak mungkin terjadi reaksi eliminasi kecuali terjadi angement
struktur terlebih dahulu.
Dalam reaks eliminasi, Nu bertindak sebagai basa
kuat, mengambil H-β yang terikat π C-α karena halogen (gugus pergi) X
meninggalkan alkil halida dengan seperi KOH (OH dan air. Dalam reaksi eliminasi
ini, unsur hidrogen dari C-1dan bromin dari C-2 dieliminasi dari isopropil
bromida dalam suatu reaksi elimisasi hidrogen bromida 1,2, atau dapat disebut
sebagai reaksi dehidrohalogenasi. pada C-β dan meninggalkan pasangan elektron
pada C-β yang akan membentuk ikatan dengan atom membawa serta pasangan elektron
ikatannya. Misalnya, jika isopropil bromida direaksikan dengan nukleofil yang
bersifat basa kuat - ) dalam larutan alkohol panas, maka akan didapatkan
propilena, KBr dan air. Dalam reaksi eliminasi ini, unsur hidrogen dari C-1dan
bromin dari C-2 dieliminasi dari isopropil bromida dalam suatu reaksi elimisasi
hidrogen bromida 1,2, atau dapat disebut sebagai reaksi dehidrohalogenasi.
Dalam
hal lain, dua atom C-β yang terikat atom C-α yang sama dari suatu alkil halida
dan keduanya mempunyai atom H-β, kedua atom H-β memiliki kesempatan untuk
dieliminasi, sehingga memungkinkan dua senyawa (alkena) hasil reaksi eliminasi
yang berbeda. Misalnya, reaksi antara sec-butil bromida dengan KOH dalam
alkohol panas:
A.
Reaksi
E2
merupakan
reaksi yang di saat mekanisme reaksi
eliminasi alkil halida sangat mirip dengan reaksi substitusi nukleofili E2,
Eliminasi bimolekuler E2 adalah reaksi eliminasi bimolekuler, terjadi
berlangsung dalam satu tahap dan mengikuti kinetika reaksi orde kedua.
Kecepatan reaaksinya tergantung pada konsentasi alkil halida dan konsentrasi
nukleofil. Nu: bertindak sebagai basa kuat yang menarik H+ yang terikat pada
atom C−β dan di hasilkan ikatan rangkap.
Konformasi
yang paling disukai untuk substrat pada reaksi E2 adalah ikatan H-C-C-X π inasi
sec-butil bromida oleh basa kuat (OH ) dalam alkohol panas menghasilkan
campuran isomer 1-butena dan 2-butena dengan komposisi 1/3. Hal ini sesuai
dengan aturan Saytzeff, karena alkena yang lebih tersubstitusi lebih stabil
dari pada alkena yang kurang tersubstitusi, sehingga 2-butena dihasilkan lebih
cepat dari pada 1-butena. terletak dalam bidang datar dan gugus pergi
berseberangan dengan atom hidrogen yang terikat pada atom karbon di sebelahnya.
Dalam posisi itu orbital ikatan C-H dan C-X dalam posisi sejajar sehingga
dengan mudah akan overlaping dan membentuk ikatan dalam ikatan rangkap yang
dihasilkan. - Seperti diuraikan sebelumnya, eliminasi sec-butil bromida oleh
basa kuat (OH ) dalam alkohol panas
menghasilkan campuran isomer 1-butena dan 2-butena dengan komposisi 1/3. Hal
ini sesuai dengan aturan Saytzeff, karena alkena yang lebih tersubstitusi lebih
stabil dari pada alkena yang kurang tersubstitusi, sehingga 2-butena dihasilkan
lebih cepat dari pada 1-butena.
Jika
dilihat urutan kereaktifanalkil halidanya terhadap eliminasi E2 (dengan Nu
yang sama), maka: alkil halida tersier
> alkil halida sekunder > alkil halida primer.
B.
Reaksi
E1
Dalam
reaksi E1, tahap yang berlangsung lambat sebagai penentu kecepatan adalah tahap
pembentukan karbokation dan hanya tergantung pada konsentrasi substrat (dalam
hal in alkil halida). Karbokation yang lebih stabil terbentuk lebih cepat dari
pada yang kuran stabil, Karena itu kereaktifan alkil halida terhadap kecepatan
reaksi E1 adalah: alkil halida tersier > alkil halida sekunder > alkil
halida primer. Maka untuk reaksi eliminasi sec-butil bromida oleh basa kuat OH-
dalam alkohol panas dengan mudah dapat ditentukan hasil reaksi terbanyaknya
didasarkan pada reaksi E1, yaitu 2-butena.
Kereaktifan alkil halida pada reaksi
E2 dan E1 (terhadap Nu yang sama) mempunyai urutan yang sama, yakni alkil halida
tersier > alkil halida sekunder > alkil halida primer. Maka untuk
menentukan apakah reaksi eliminasi tersebut mengikuti mekanisme E1 atau E2,
harus didasarkan pada studi kinetika. Pada E1 kecepatan reaksi hanya tergantung
pada kosentrasi substrat ( dalam hal ini alkil halide). Seadangkan pada E2
tergantung pada kosentrasi substrat atrau nukleofil. Maka pada E2 tergantung
pada kekuatan basa nukleofilnya, sedangkan pada E1 tidak tergantung pada
kekuatan basa nukleofilnya karena apapun kekuatan basanya harus menunggu
terbentuknya karbokation. Untuk jenis substrat dan nukleofil yang sama,
misalnya reaksi antara sec-butil bromida dengan KOH dalam alkohol panas, makin
besar konsentrasi basanya makin besar kecenderungannya mengikuti mekanisme E2.
Sebaliknya, untuk menggeser ke mekanisme E1, maka dapat digunakan konsentrasi
basa yang sangat kecil. Secara umum E1 hanya ditemui pada substrat alkil halida
sekunder dan tersier.
2.Reaksi Eliminasi pada Alkohol
alkohol akan bereaksi eliminasi dan
menghasilkan alkena. Karena air dilepaskan dalam
eliminasi ini maka reaksi ini
disebut reaksi
dehidrasi. Katalis asam yang biasa digunakan
adalah asam sulfat pekat atau asam fosfat(V) pekat, H3PO4.
Asam sulfat pekat akan menimbulkan banyak reaksi
sampingan. Katalis ini tidak hanya bersifat asam, tetapi juga merupakan agen
pengoksidasi kuat. Katalis ini mengoksidasi beberapa alkohol menjadi karbon
dioksida dan disaat yang sama tereduksi dengan sendirinya menjadi sulfur
oksida. Kedua gas ini (karbon dioksida dan sulfur oksida) harus dikeluarkan
dari alkena.
Dengan H2SO4
Contoh reaksi eliminasi pada
alcohol tersier: 600
CH3)3COH →(CH3)2C=CH2 + H2O
CH3)3COH →(CH3)2C=CH2 + H2O
Contoh reaksi eliminasi Pada alcohol sekunder : 1000
(CH3)2CHOH → ->CH3C=CH2
+ H2O
Contoh reaksi eliminasi pada primer :1800
CH3CH2OH →CH2=CH2 + H2O
Permasalahan:
1.
Mengapa
kereaktifan alkil halida terhadap kecepatan reaksi E1 alkil halida justru menurun dari tersier ke
primer, apa yang mempengaruhi nya?
2.
Mengapa
pada reaksi E1 maupun E2 dipanaskan terlebih dahulu, apa fungsi pemanas dan
bagaimana apabila di reaksikan tanpa di lakukan pemanasan ?
3.
Dari
contoh reaksi eliminasi yang saya buat di artikel, mengapa untuk mengeliminasi
alkohol dibutuhkan suhu yang cukup tinggi berkisar dari 60-180 drajat? apa fungsi pemanasan di sini?
Saya Fauzan Maha Putra dengan NIM A1C116056 akan mencoba menjawab pertanyaan pertama Mengapa kereaktifan alkil halida terhadap kecepatan reaksi E1 alkil halida justru menurun dari tersier ke primer, apa yang mempengaruhi nya?
BalasHapusjawabnnya karena Alkil halida primer cenderung menjalani reaksi SN2. Mereka tidak membentuk karbokation, namun jika bereaksi E2, alkil halida primer bereaksi lambat dibandingkan dengan alkil halida lain. Alkil halida sekunder dapat bereaksi dengan jalan manapun, tetapi reaksi E2 lebih lazim daripada E1. Reaksi-reaksi alkil halida sekunder lebih peka terhadap kondisi reaksi dalam labu reaksi (konsentrasi nukleofil, pelarut, dan lain-lain) daripada reaksi alkil halida lainnya. Alkil halida tersier terutama bereaksi E2 dengan suatu basa kuat (seperti OH- atau –OR), tetapi dalam beberapa hal bereaksi E1, dengan basa sangat lemah (seperti H2O dan ROH).
Saya Dara Juliana dengan NIM A1C116026 akan mencoba menjawab pertanyaan kedua, Mengapa pada reaksi E1 maupun E2 dipanaskan terlebih dahulu, apa fungsi pemanas dan bagaimana apabila di reaksikan tanpa di lakukan pemanasan? jawabannya: yaitu karena dengan pemanasan maka akan membantu meningkatkan suhu reaksi sehingga memudahkan proses eliminasi pada alkil halida tersebut. fungsi pemanasan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kalor/suhu pada reaksi eliminasi. sehingga dengan adanya pemanasan maka reaksi akan lebih reaktif dan memudahkan Karbokation E1 untuk dapat memberikan sebuah proton kepada suatu basa. dan memudahkan ikatan karbon-hidrogen dan karbon-halogen terputus membentuk ikatan rangkap C=C pada E2. Jika tidak dilakukan pemanasan maka proses eliminasi akan berlangsung lambat, karena pemanasan ini juga bertindak sebagai katalisator (mempercepat proses terjadinya reaksi).
BalasHapusAssalamualaikum indra, saya Maya Rizkita akan mencoba menjawab pertanyaan ketiga (3),
BalasHapusBerdasarkan artikel yang saya baca. Pada alkohol sekunder, reaksi berjalan sangat lambat sehingga dibutuhkan pemanasan sehingga terbentuk alkil klorida sukar larut dalam air. Jadi fungsi pemanasan disini yaitu supaya reaksi berjalan dengan cepat.
Terimakasih semoga dapat membantu. 😊